Sunday, January 30, 2011

102.ps

Dasar nasib jadi anak bawang. Biar lagak sudah kegadang-gadangan masih pun awak dipanggilnya adek.
‘eE dek, kau panggil lah sewa di kanan tu!!’.
‘puutar dikit spion kanan kedalam dek!’.
‘oi dek, mintakan starmil sebatang duluuu!’
‘jangan diam kau, bediri di pintu! Panggil sewa! Akh kau dek!’

Sejak kapan mamak ku kawin dengan bapak kaaaau!. Hantu blau! Maki ku dalam hati.
Ya cuma dalam hati lah aku berani membantahnya.

Semena-mena dibikinnya aku jadi sekecil ukuran adek-adek.
Ukuran tepatnya hanya ada dikepala si brengsek itu.
Rasaku mungkin ukurannya kecil benar. Sampai-sampai tak punya daya aku menepis jari tengah besar berbulunya tiap kali menoyor-noyor kepalaku.
Tak ada suaraku buat memakinya karena telah mengupahku murah.
Ciut nyaliku dengan hanya menyerap teriakan kasar congornya.
Makanya kuturuti tanpa banyak tanya semua perintah laki-laki brengsek yang duduk di balik dashboard karatan roda empat panjang ini.
Ku-iya-kan saja kalau dia suruh oper sewa ke omprengan di belakang.
Kutelan saja makian penumpang yang kesal di oper-oper.
Kutahan sajalah dulu.
Sambil nunggu-nunggu hari…
…transformasi aku menjadi laki-laki brengsek itu terjadi.

No comments:

Post a Comment